Senin, 06 Februari 2012

ANTIBIOTIKA


            Antibiotik adalah zat-zat kimia dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara semi sintetis juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri. Berdasarkan khasiat terhadap bakteri kemoterapi dibedakan atas :
Ø  Bakterisida yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat untuk mematikan hama.
Ø  Bakteriostatika yaitu obat yang pada dosis lazim berkhasiat menghentikan pertumbuhan dan pembiakkan bakteri,sedangkan pemusnahan selanjutnya dilakukan oleh tubuh sendiri secara fagositosis.

A.   PEMBUATANNYA
Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara seteril disalurkan kedalam cairan pembiakkan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotikum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan.
1.    Antibiotika semisintetis, apabila pada persemaian dibubuhi zat-zat pelopor tertentu, maka zat-zat ini diinkorporasi kedalam antibiotikum dasarnya.
2.    Antibiotika sintetis, tidak lagi dibuat secara biosintesis, melainkan seluruhnya melalui sintesa kimiawi.
B.   MEKANISME KERJA
1.    Menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah.
2.    Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, hingga bersifat lebih permeable akibatnya zat-zat penting dari isi sel dapat keluar.
3.    Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk.
4.    Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA & RNA), akibatnya sel tidak dapat berkembang.

C.   PENGGUNAAN
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Penggunaan penting non terapeutis adalah sebagai perangsang pertumbuhan dalam peternakan sapi, babi dan ayam. Efek ini secara kebetulan ditemukan tetapi mekanisme kerjanya belum diketahui dengan jelas. Diperkirakan antibiotika bekerja setempat di dalam usus dengan menstabilisir floranya hewan tersebut. Kuman-kuman “buruk” yang merugiakan dikurangi jumlah dan aktivitasnya, sehingga zat-zat gizi dapat digunakan dengan baik.
Meskipun dikebanyakan di negara barat, penyalahgunaan ini dilarang dengan keras namun masih tetap banyak digunakan dalam makanan ternak terutama makrolida dan glikopeptida. Jumlahnya kini sudah meningkat lebih dari 3 (tiga) kali dalam penggunaannya sebagai obat manusia.
D.   EFEK SAMPING
Penggunaan antibiotika tanpa resep dokter atau dengan dosis yang tidak tepat dapat menggagalkan pengobatnya dan menimbulkan bahaya-bahaya lain seperti :
1.    Sensitasi atau hipersensitif
Banyak obat setelah digunakan secara lokal dapat mengakibatklan kepekaan yang berlebihan, kalau obat yang sama kemudian diberikan secara oral atau suntikan maka ada kemungkinan terjadi reaksi hipersensitif atau alergi seperti gatal-gatal, kulit ke merah-merahan dan bentol-bentol, guna mencegah bahaya ini maka sebaiknya salep-salep menggunakan antibiotika yang tidak akan diberikan secara sistemis.
2.    Resistensi
Jika obat digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau waktu terapi kurang lama, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi artinya bakteri tidak peka lagi terhadap obat yang bersangkutan. Untuk mencegah resistensi dianjurkan menggunakan kemoterapi dengan dosis yang tepat atau dengan menggunakan kombinasi obat.
3.    Super infeksi
Yaitu infeksi sekunder yang timbul selama pengobatan dimana sifat dan penyebab infeksi berbeda dengan penyebab infeksi yang pertama.

E.   PENGGOLONGAN ANTIBIOTIKA
Berdasarkan luas aktivitas kerjanya antibiotika dapat digolongkan atas :
1.    Zat-zat dengan aktivitas sempit (narrow spektrum)
Zat yang aktif terutama pada satu atau beberapa jenis bakteri saja (bakteri gram positif atau bakteri gram negatif saja).
2.    Zat-zat dangan aktivitas luas (broad spektrum)
            Zat yang berkhasiat terhadap semua jenis bakteri baik jenis bakteri gram positif maupun gram negatif.
F.    KELOMPOK ANTIBIOTIKA
1.    Golongan Penisilin
2.    Golongan Sefalosporin
3.    Golongan Aminoglikosida
4.    Golongan Kloramfenikol
5.    Golongan Tetrasiklin
6.    Golongan Makrolida
7.    Golongan Rifampisin dan Asam Fusidat
8.    Golongan lain-lain

1.    GOLONGAN PENISILIN
Antibiotika pertama yang pertama ditemukan oleh Alexander Fleming di London yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey untuk penggunaan sistemik dangan menggunakan biakan Penisilium notatum. Akibat kebutuhan penisilin dalam jumlah besar pada saat perang dunia II, kemudian digunakan Penisilin crysogenum yang dapat menghasilkan penisilin lebih banyak. Sekarang dibuat secara semi sintesis. Penisilin termasuk antibiotik golongan beta-lactam karena mempunyai rumus bangun dengan struktur seperti cincin beta-lactam yang merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan khasiatnya. Jika cincin menjadi terbuka oleh enzim beta-lactamase maka khasiat anti bakteri antibiotik penisilin menjadi lanyap.
Rumus Bangun :
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/8/82/Penicillin-core.png/250px-Penicillin-core.png
6 Amino Penicillanic acid (6 APA)
R = Gugus Radial
a.    Mekanisme kerja
Penisilin merintangi / manghambat pembentukan / sintesa dinding sel bakteri sehingga sel bakteri tumbuh dengan dinding sel yang tidak sempurna maka bertambahnya plasma atau air terserap dengan jalan osmosis akan menyebabkan dinding sel pecah sehingga bakteri menjadi musnah. Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula yang saling terikat satu dengan yang lain dan dengan demikian mamberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin menghalangi sintesa lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Dinding sel manusia dan hewan tidak terdiri dari murein, maka antibiotika ini tidak toksis pada manusia.
b.    Aktivitas
Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terutama kuman gram positif dan hanya beberapa kuman gram negatif. Penisilin termasuk antibiotika spektrum sempit. Ampisilin mamiliki spektrum labih luas yang maliputi banyak kuman gram negatif. Sebagaimana telah di utarakan antibiotik bakterisida ini tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatika. Hal ini dikarenakan pertumbuhan sel dan dindingnya. Semua infeksi oleh staphylococcus disebabkan oleh kuman penghasil penisilin dan karena itu harus diobati dengan penisilin yang tahan penisilinase.
c.    Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap penisilin :
Ø  Pembentukan enzim betalaktamase.
Ø Enzim autolisin kuman tidak bekerja sehingga timbul sifat toleran kuman terhadap obat.
Ø  Kuman tidak mempunyai dinding sel
d.    Efek samping
Yang terpenting adalah reaksi alergi akibat hipersensitasi, yang dapat menimbulkan kamatian. Pada penisilin spektrum luas agak sering terjadi gangguan lambung usus mis: diare,mual,muntah. Pada dosis tinggi dapat terjadi reaksi nefrotoksis dan neurotoksis.


e.    Penggolongan
1)    Zat-zat dengan spektrum sempit, zat ini terutama aktif terhadap kuman gram positif dan diuraikan oleh penisilinase.
2)    Zat-zat tahan laktamase, dengan jalan memblokir laktamase dan dengan demikian mempertahankan aktivitas penisilin yang diberikan bersamaan.
3)    Zat-zat dengan spektrum luas, tidak tahan laktamase, maka sering digunakan terkombinasi dengan suatu laktamase-blocker.
4)    Zat-zat anti-pseudomonas, tidak tahan laktamase dan pada umumnya digunakan bersamaan dengan laktamase-blocker.
2.    GOLONGAN SEFALOSPORIN
Sefalosporin diperoleh dari biakan Chepalosporium acremonium. Seperti halnya penisilin, daya mikrobanya terletak pada cincin beta-laktam, dengan mekanisme kerja berdasarkan perintangan sintesis dinding sel.
Walaupun aktivitasnya luas, namun sefalosporin bukan merupakan obat pilihan pertama untuk penyakit manapun, karena masih terdapat obat-obat lain yang kurang lebih sama khasiatnya dan jauh lebih murah harganya.
Rumus Bangun:                                  
Asam7- amino-sefalosporanat (7-ACA: 7- amino cephalosporanic acid) à komplek cincin dihidrotiazin 7 cincin betalaktam.

a.    Mekanisme kerja dan aktivitas
Seperti halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah manghambat sintesa dinding sel mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun gram negatif, tetapi spektrum antimikroba masing-masing derivat bervariasi.

b.   Efek samping
Efek samping yang terpenting pada penggunaan oral berupa gangguan lambung-usus dan reaksi alergi seperti penisilin, yakni rash, urticaria,anafilaksis. Alergi silang sering terjadi dengan derivat penisilin. Pada penggunaan i.v sering terjadi tromboflebitis dan nyeri di tempat suntik.
c.    Penggolongan
       Berdasarkan khasiat anti mikroba dan resistensinya terhadap betalaktamase, sefalosporin lazimnya digolongkan sebagai berikut :
1)      Generasi ke-1,zat-zat ini terutama aktif terhadap coci gram positif, tidak berdaya terhadap gonococci. Pada umumnya tidak tahan laktamase.
2)     Generasi ke-2, lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Obat-obat ini agak kuat tahan laktamase. Khasiatnya terhadap kuman gram positif.
3)     Generasi ke-3, aktivitasnya terhadap gram negatif lebih kuat dan lebih luas lagi dan meliputi pseudomonas dan bacteriodes. Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap staphylococcus jauh lebih rendah.
4)     Generasi ke-4, obat-obat baru ini sangat resistensi terhadap laktamase.
d.    Penggunaan
Sebagian besar dari sefalosporin perlu diberikan parenteral dan terutama digunakan di rumah sakit.
1)    Zat gen-1, sering digunakan per oral pada infeksi sauran kemih ringan dan sebagai obat pilihan kedua pada infeksi saluran nafas dan kulit yang tidak begitu parah dan bila terdapat alergi untuk penisilin.
2)    Zat gen 2/3, digunakan parenteral pada infeksi yang resisten terhadap amoxicilin dan sefalosporin gen-1, juga digunakan dengan aminoglikosida untuk memperluas dan meningkatkan aktivitasnya,digunakan juga untuk gonorrhoe akibat gonokok yang membentuk laktamase.
3)    Zat gen-3, sering dianggap sebagai obat pilihan pertama untuk gonorrhoe.
4)    Zat gen-4, dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi dengan kuman gram positif.

3. GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi streptomyces micromonospora.semua senyawa dan turunan semi sintesisnya mengandung dua atau tiga gula amino di dalam molekulnya yang saling terikat secara glukosidosis. Dengan adanya gugusan amino, zat-zat ini bersifat basa lemah dan garam sulfatnya yang digunakan dalam terapi mudah larut dalam air.
a.    Mekanisme kerja
Dengan mengikatkan diri pada ribosoma sel-sel bakteri, sehingga biosintesa peroteinnya dikacaukan.
b.    Aktivitas
Aminoglikosida mempunyai aktivitas bakterisid, berdasarkan dayanya untuk menembus dinding bakteri dan mengikat  diri pada ribosom didalam sel. Proses translasi (DNA & RNA) diganggu sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase pertumbuhan, melainkan juga bila kuman tidak membelah diri.
c.    Efek Samping
Semua aminoglikosid terutama pada penggunaan parenteral dapat mengakibatkan kerusakan pada organ pendengaran dan keseimbangan terutama pada Lansia, akibat kerusakan pada saraf otak kedelapan. Gejalanya berupa vertigo, telinga berdengung, bahkan ketulian yang tidak reversibel. Metimilsin adalah kurang ototoksis dibandingkan dengan obat-obat lainnya. Selain itu juga dapat merusak ginjal secara reversibel karena ditimbun dalam sel-sel tuburel ginjal. Jarang sekali blokade neurosmuskuler dengan kelemahan otot dan depresi pernafasan. Toksisitas untuk telinga dan ginjal tergantung dari tingginya kadar dalam darah, melainkan dari lamanya pemakaian serta jenis amino glikosida.
d.    Resistensi
Resistensi dapat terjadi agak pesat akibat terbentuknya enzim yang merombak struktur antibiotikum. Informasi genetis bagi enzim itu dapat ditulari melalui plasmid, hingga resistensi dapat menjalar ke kuman lain.
e.    Penggolongan
Berdasarkan rumus kimianya di golongkan sebagai berikut :
1)      Streptomisin C21H41N7O12
        NH2                            CH3                                             CH2O
        C=NH         O                   CHO
                   OH         N                                       OH
H2N       N                          O                                      O                    O
                                                                                                 
Diperoleh dari streptomyces griseus, toksisitasnya sangat besar karena dapat menyebabkan kerusakan pada saraf otak ke delapan yang melayani organ keseimbangan dan pendengaran gejala-gejala awalnya sakit kepala, vertigo, mual dan muntah. Kerusakan bersifat reversibel, artinya dapat pulih kembali kalau penggunaan obat diakhiri meski kadang-kadang tidak seutuhnya.
2)      Neomicin
Rumus Bangun:
Diperoleh dari streptomyces fradiae, tersedia untuk penggunaan topikal dan oral, penggunaan secara parenteral tidak dibenarkan karena toksis. Karena baik sebagai antibiotik usus maka digunakan untuk sterilisasi usus sebelum operasi.
3)      Kanamisin


 

                              NH2                                            NH2












 

CH2-NH                2                         O                            O                                                CH2-OH
                                                       OH
    OH
                                                                               OH                      NH2
              OH            OH

Diperoleh dari streptomyces kanamyceticus. Persediaan dalam bentuk larutan atau bubuk kering untuk injeksi. Pemakaian oral hanya kadang-kadang diberikanuntuk infeksi usus, atau membersihkan usus untuk persiapan pembedahan. Berkhasiat bakteriostatik pada basil TBC, bahkan yang resisten terhadap streptomisin sehingga menjadi obat pilihan kedua bagi penderita TBC.
4)      Gentamisin
Diperoleh dari mycromonospora purpurea. Berkhasiat terhadap infeksi oleh kuman gram negatif seperti proteus, pseudomonas, klebsiella, enterobacter.
5)    Framisetin
Diperoleh dari streptomyces dicaris. Rumus kimia dan khasiatnya mirip neomisin. Hanya digunakan secara lokal.
6)      Amikasin
Rumus Bangun:
     NH2                               NH-(L-AHB)











 


NH2
                          O         OH       O
           H       CH                                                                                             CH2OH
                                                                                              H
                 HO                                                                                                OH
                    OH                 OH                                  OH                      NH2
Amikasin memiliki ketahanan yang tinggi terhadap inaktivasi bakteri. Ini tahan serangan oleh sebagian besar enzim menonaktifkan bakteri, ini dicapai oleh-hydroxyaminobuteroyl amida L (L-Haba) bagian terpasang ke N-3 yang menghambat asetilasi, fosforilasi dan adenylation pada cincin gula amino jauh (C-2, C-3 , C-4). Untuk mencegah perkembangan resistensi bakteri terhadap antibiotik ini sangat kuat, penggunaannya diatur secara ketat. Efek samping dari amikasin mirip dengan aminoglikosida lainnya. kerusakan ginjal dan gangguan pendengaran merupakan efek yang paling penting.Karena potensi ini, darah tingkat obat dan tanda fungsi ginjal             (kreatinin) dapat dipantau. Selain itu, dosis disesuaikan secara khusus berdasarkan Bersihan kreatinin serum dalam pengaturan klinis.                                  
4. GOLONGAN KLORAMFENIKOL
Kloramfenikol diisolasi dari streptomyces Venezuelae. Merupakan antibiotik dengan spektrum luas dan memiliki daya anti mikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat, ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya pengguanaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat meningitis dan abses otak. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjuntivitis bakterial. Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sulit larut dalam air dan rasanya sangat pahit,maka untuk anak-anak diberi dalam bentuk esternya yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk suspensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif.
Rumus Bangun:
                                            OH          CH2OH
                                                                                      O
                         R                                   C              C           N         C           CCl2

                                                               H             H                                     H
a.    Mekanisme kerja dan aktivitas
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesa protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada proses sintesis protein kuman. Efek toksis kloramfenikol pada sistem hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik. Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu.
b.    Efek samping
1)    Kerusakan sumsum tulang belakang yang mengakibatkan pembuatan eritrosit terganggu sehingga timbukl anemia aplastis.
2)    Gangguan gastrointestinal : mual, muntah dan diare.
3)    Gangguan neuron ; sakit kepala, neuritis optik dan neuritis perifer.
4)    Pada bayi atau bayi prematur dapat menyebabkan gray sindrome.
c.    Resistensi
Mekanisme resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui inaktivasi obat oleh asetil transferase yang diperantai oleh faktor-R. Resistensi terhadap proteus dan klebsiella terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang mengurangi masuknya obat ke dalam sel bakteri.
d.    Penggunaan
Kloramfenikol merupakan drug of choice : obat pilihan untuk thypus abdominalis dan infeksi parah meningitis, pneumonia. Sebaiknya tidak diberikan pada bayi prematur untuk menghindari gray sindrome karena enzim perombakan dihati bayi belum aktif, ibu hamil dan menyusui. Derivat kloramfenikol adalah tiamfenikol, dipakai sebagai kloramfenikol karena dianggap lebih aman.

5. GOLONGAN TETRASIKLIN
Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah klortetrasiklin yang dihasilkan oleh streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan oksitetrasiklin dari streptomyces rimosus. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semi sintesis dari klortetrasiklin. Tetrsiklin merupakan serbuk yang berwarna kuning amfoter dan mudah terurai oleh cahaya menjadi anhidro dan epi tetrasiklin yang toksis untuk ginjal. Tetrasiklin yang telah mengalami penguraian mudah dilihat dari sediaan yang berwarna kuning tua dan coklat tua.
Rumus Bangun:
a.   Mekanisme kerja dan aktivitas
Tetrasiklin merupakan antibiotik dengan spektrum luas, bersifat bakteriostatik dan mekanisme kerjanya dengan jalan menghambat sintesa protein bakteri, hanya mikroba yang cepat mambelah yang dipengaruhi obat ini. Penggunaan saat ini semakin berkurang karena resistensi.
b.    Efek samping
1)     Mual, muntah-muntah, diare, karena adanya perubahan pada flora usus.
2)     Mengendap pada jaringan tulang dan gigi yang sedang tumbuh menyebabkan gigi menjadi bercak-bercak coklat dan mudah berlubang serta pertumbuhan tulang terganggu.
3)     Fotosensitasi.
4)     Sakit kepala, vertigo.
c.    Resistensi
Mekanisme resistensi yang terpenting adalah diproduksinya pompa protein yang akan mengeluarkan obat dari dalam sel bakteri. Protein ini dikode dalam plasmid dan dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri lain melalui proses transduksi atau konjugasi. Resistensi terhadap satu jenis tetrasiklin biasanya disertai resistensi terhadap semua tetrasiklin lainnya. Tetrasiklin tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah 8 tahun, ibu hamil dan menyusui serta pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati.
d.    Penggolongan
1)      Klortetrasiklin, diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu.
2)      Oksitetrasiklin berupa cairan injeksi yang diberikan secara oral, parenteral, topikal, absorbsi dihambat oleh susu.
3)      Doksisiklin bersifat long acting, absorbsi tidak dihambat baik oleh makanan atau susu.
4)      Monosiklin, dianjurkan untuk meningitis, bronkitis dan jerawat pemberian secara oral.
e.    Penggunaan
Berhubung kegiatan anti bakterinya luas,tetrasiklin lama sekali merupakan obat terpilih untuk banyak infeksi akibat bermacam-macam kuman, terutama infeksi campuran. Akan tetapi, karena perkembangan resistensi dan efek sampingnya pada penggunaan selama kehamilan dan pada anak kecil, maka dewasa ini hanya dicadangkan untuk infeksi tertentu. Penggunaanya pada acne hebat berkat daya menghambatnya terhadap aktivitas enzim lipase dari kuman yang memegang peranan penting pada acne.

6. GOLONGAN MAKROLIDA
Kelompok antibiotik ini terdari dari eritromisin dan spiramisin.
a.      Eritromisin
Rumus Bangun:
Dihasilkan oleh streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, antibiotik ini tidak tahan atau tidak stabil dalam suasana asam karena mudah terurai oleh asam lambung dan kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput. Aktivitas invitro paling besar dalam suasana alkalis.
1)     Mekanisme kerja dan aktivitas
Golongan makrolida menghambat sintesa protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom sub unit dan pada umumnya bersifat bakteriostatik, walaupun terkadang dapat bersifat bakterisida untuk kuman yang sangat peka.
2)     Efek samping
Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Eritromisin oral sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium.
3)     Resistensi
Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 (tiga) mekanisme yang diperantai oleh plasmid yaitu :
·      Menurunnya permeabilitas membran sel kuman.
·      Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman.
·      Hidrolisis obat oleh ekterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu.
b.    Spiramisin
Obat ini efektif terhadap baberapa kuman. Secara invitro aktivitas antibakteri spiramisin lebih rendah dari pada eritromisin. Spiramisin umumnya diberikan secara oral, absorbsi dari saluran cerna tidak lengkap, namun tidak dipengaruhi oleh adanya makanan dalam lambung. Kadar spiramisin dalam jaringan pada umumnya lebih tinggi dari pada antibiotik makrolid lainnya dan bertahan lama walaupun kadar obat ini dalam serum turun rendah sekali.
1)     Aktivitas
Spektrum kagiatannya sama dengan eritromosin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan sluran pernafasan lebih baik dari eritromosin.
2)     Efek samping
Jika diberikan secara oral kadang-kadang menimbulkan iritasi saluran cerna.
3)     Penggunaan
Seperti eritromisin, spiramisin digunakan untuk terapi infeksi rongga mulut dan saluran nafas.

7. GOLONGAN ASAM FUSIDAT DAN RIFAMPISIN
a. Asam Fusidat
      Rumus Bangun:
                                                 COOH                            C
                         OH                  C    C       C      C = O
                        C                                  O    C    C             C








 

                                           C                      O
OH
                 C
Dihasilkan oleh jamur antara lain Fusidum coccineum. Merupakan satu-satunya antibiotika dengan rumus steroid. Aktivitasnya mirip penisilin tetapi lebih sempit. Berkhasiat bakteriostatik berdasarkan penghambatan sintesa protein bakteri. Khususnya dianjurkan pada radang sumsum tulang, biasanya obat ini dikombinasikan dengan eritromosin dan penisilin.
b.      Rifampisin
Rumus Bangun:
 R                                                    
              OH       OH


 

                                            N      C=O
O                                        C=N                         C
                                           OH
C           O

Antibiotika yang dihasilkan dari Streptomyces mediterranei. Berkhasiat bakterioststik terhadap mikobakterium tuberculosa dan lepra. Penderita dengan pengobatan rifampisin perlu diberitahu bahwa obat ini dapat menyebabkan warna merah pada urin, dahak, keringat dan air mata, juga pemakai lensa kontak dapat menjadi merah permanen.

8. GOLONGAN LAIN-LAIN
a. Linkomisin
Berasal dari Streptomyces lincolnensis, memiliki khasiat bakteriostatik terhadap kuman gram positif dengan spektrum labih sempit dari eritromosin. Merupakan obat pilihan kedua bagi kuman yang resisten terhadap penisilin khususnya pada radang tulang.
b. Klindamisin
Merupakan derivat linkomisin yang digunakan sebagai lotion untuk pangobatan jerawat. Klindamisin juga aktif terhadap Bacteroides fragilis dan kuman anaerob lainnya. Penggunaan klindamisin dapat memberikan efek samping diare dangan gejala demam dan nyeri abdomen serta buang air besar berlabihan dengan konsistensi tinja yang cair. Gejala dapat timbul selama terapi berlangsung atau beberapa minggu setelah pengobatan dihentikan. Indikasi penggunaan klindamisin harus dipertimbangkan dengan baik sebelum obat ini diberikan. Klindamisin dilaporkan efektif untuk beberapa infeksi serius oleh kuman yang peka yaitu sepsis, infeksi senda dan tulang, intra abdominal, pelvis, saluran nafas bawah, kulit dan jaringan lunak.
c. Golongan kuinolon
Obat golongan ini bekerja dengan jalan menghambat pembentukan DNA kuman.interaksi golongan kuinolon, bila muncul tanda inflamasi atau nyeri pada tendon, maka pamakaian obat harus dihentikan dan tendon yang sakit harus diistirahatkan sampai gejala hilang. Golongan kuinolon terdiri dari :
1)      Asam nalidiksat
Rumus Bangun:              C2H5
                                        
            H3C
                                                 
                                                    COOH
                                        O
Efektif untuk infeksi saluran kemih, di indonesia juga banyak digunakan.

2)      Ofloksasin
Rumus Bangun:                                 O
                                      F                                  COOH
CH3      N                      N
                                                                  CH3
Digunakan untuk saluran kemih, saluran nafas bawah, gonorrhoe. Kontra indikasi: untuk pasien epilepsi, gangguan fungsi hati dan ginjal, wanita hamil dan menyusui.
3)    Ciprofloksasin
Terutama aktif terhadap kuman gram negatif termasuk salmonella dan shygella. Meskipun aktif terhadap kuman gram positif tapi bukan merupakn obat pilihan utama untuk streptococcus pneumonia. Siprofloksasin terutama untuk infeksi saluran kemih, saluran cerna, dan gonorrhoe. Tidak dianjurkan untuk anak remaja yang sedang dalam pertumbuhan. Dapat menimbulkan tremor, gagal ginjal, dll. Hati-hati untuk pangendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.
4)    Nofloksasin
Obat ini digunakan untuk infeksi saluran kemih. Obat ini dapt menimbulkan anorensia, depresi, ansietas, dll. Hati-hati untuk pangendara karena dapat menurunkan kewaspadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar